25 April 2008

Wajah Lelaki Eksekutif

Telah dilakukan riset kualitatif unik yang bertujuan untuk menggali gaya hidup dan kebiasaan para lelaki eksekutif di Jakarta. Mayoritas lelaki yang berusia 25 hingga 49 tahun harus mampu menjaga kinerja mereka seiring dengan waktu kerja yang sering menyita pikiran dan stamina, tenggat waktu yang mepet serta suasana kerja yang kompetitif.

Kondisi kerja seperti ini sering dapat menyebabkan stres, kehilangan konsentrasi dan kelelahan fisik. Tetapi anehnya tidak ada satu pun responden yang mengaku menderita stres yang berkaitan dengan keluarga. Dari riset tersebut juga terungkap jalan keluar untuk mengatasi stres yang berhubungan dengan pekerjaan.

Responden lelaki lajang berusia 25 hingga 30 tahun yang sedang berusaha keras membangun karier cenderung melakukan sosialisasi dan hang-out di kafe. Bahkan bagi kelompok ini, pergi ke kafe tetap dianggap sebagai bekerja. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan sosialisasi tersbut mereka dapat menjalin jaringan kerja atau networking. Selain itu, mayoritas responden juga banyak mengonsumsi kafein, alkohol dan merokok dianggap sebagai salah satu kompensasi terhadap stres.

Sementara itu lelaki yang berusia 31 hingga 40 tahun lebih memilih untuk meninggalkan pekerjaan mereka di kantor saat pulang ke rumah. Karena mereka mempertimbangkan bahwa keluarga merupakan salah satu medium untuk relaksasi dan menghilangkan stres.

Hal ini berbeda dengan lelaki dewasa usia 41 hingga 49 tahun yang sudah lebih mapan dalam karier dan telah mempunyai usaha sendiri. Mereka pun memiliki fleksibilitas yang lebih dalam membagi waktu. Mereka dapat lebih mudah mengatur waktu untuk pekerjaan, keluarga dan kehidupan sosial. Mereka seringkali mencari ketenangan melalui kegiatan-kegiatan religius, berolahraga ringan atau melakukan hobi-hobi tertentu.

Hasil riset juga mengindikasikan bahwa lelaki yang menderita stres akan mengalami penurunan stamina dan sulit berkonsentrasi sehingga akan berpengaruh pada kinerja mereka. Karena stres dapat menyebabkan pusing, mengantuk, gangguan nafsu makan, depresi serta menurunnya daya konsentrasi. Terlebih lagi, stres dapat menghambat aliran oksigen ke otak yang menyebabkan napas pendek. Dalam kondisi yang normal, oksigen dialirkan ke otak oleh sel darah merah. Jika terhambat maka seseorang akan kehilangan kemampuan berkonsentrasi.

Secara klinik mengonsumsi multivitamin secara teratur dapat memperbaiki kondisi fisik anda yang kekurangan vitamin B dan C serta akan memudahkan anda merasa lelah atau sulit berkonsentrasi sehingga mempengaruhi performa tubuh secara keseluruhan. Vitamin-vitamin itu sangat penting untuk metabolisme tubuh dan untuk perkembangan fungsi sel-sel saraf.

Jadi anda harus menjaga daya tahan tubuh anda dari serangan stres agar anda bisa mencapai prestasi kerja yang diharapkan. So...If you wanna be a good worker....you should have a good health too...

Tidak ada komentar: